Kamis, 24 November 2011

FLP UNTUK SEMUA


FLP UNTUK SEMUA
(Menyambut Milad dan Open Recrutmen )
Forum lingkar pena adalah salah satu organisasi yang independent dan dianggap penomenal yang berdiri sejak tahun 1997. dalam waktu yang cukup singkat, organisasi ini telah memiliki cabang hampir 30 propinsi, sedangkan di mancanegara organisasi ini telah beranggotakan 5000 orang lebih, hampir 70%  anggotnya adalah perempuan, termasuk pjs di riau.

Selama Enam tahun berdiri saja organisasi penulis ini telah berhasil menerbitkan lebih dari 200 buku yang sebagian besar terdiri dari karya sastra serius, fiksi remaja dan cerita anak. Kemandirian ini memungkinkan Forum Lingkar Pena menulis sesuai kata hati, Koran Tempo salah satu media besar di Indonesia menyebutkan Forum Lingkar Pena sebagai sebuah “ Pabrik Penulis Cerita”.

FLP lahir  pada saat yang tepat. Saat bangsa ini membutuhkan harapan. Harapan yang pernah hilang dari bangsa yang terbiasa ditimpa penderitaan sejak sebelum kemerdekaan. FLP hadir dengan nafas baru, dan semangat untuk memberikan pencerahan dengan ketajaman tulisan agar bangsa ini bangkit dengan kekuatan akhlaknya.

Perjuangan pencerahan dengan tulisan terus mendapat sambutan dari berbagai pelosok negeri, hingga sampailah di bumi melayu Kota Bertuah yang dulunya bernama Senapelan ini. Meski dengan rentang waktu yang tidak singkat, FLP menjangkau bumi shohibul kitab (16 Oktober 2005). Negeri yang telah berkontribusi menyatukan bangsa yang beraneka suku dan budaya dengan bahasa.

Sekarang sudah Enam tahun FLP Riau lahir sudah banyak karya dan generasi yang lahir dalam forum ini, bahkan para alumni FLP sudah banyak yang menjadi penulis nasional. Sedangkan FLP pusat sudah Empat belas tahun berdiri, sudah lebih dari 200 san buku yang di terbitkan baik di Indonesia maupun di luar Negri. Hal semacam ini telah membuktikan eksistensi masyarakat mengenai tulis baca sangat banyak dan di butuhkan. Oleh karena itu pada pada tahun ini tepatnya Bulan Oktober sekarang Forum lingkar pena telah membuka Open Recrutmen angkatan yang Ketujuh untuk FLP kota Pekanbaru dan sekitarnya.

Dalam keorganisasian FLP ini memiliki tujuan untuk mengharumkan nama bangsa diantara tujuannya: Menjadi organisasi penulis kelas Nasional yang beridentitaskan keislaman yang berakar pada sosio budaya Indonesia, menjadi organisasi yang memiliki tata kelola baik dan mampu mandiri serta memberi kemanfaatan optimal bagi organisasi dan anggotanya.

Selama lima tahun terakhir ini, banyak penghargaan yang telah di koleksi FLP, termasuk penghargaan bergensi Adikarya Ikapi, Khatulistiwa Award, hingga terpilih menjadi peserta pada program Anugrah MASTERA (Majelis Sastra Asia Tenggara). Dengan ini forum lingkar pena sudah membuktikan eksistensinya untuk mengharumkan bangsa dengan karya.

Sekarang ini jaringan kepengurusan FLP, baik berbentuk cabang maupun koresponden, terbentang hingga 29 titik diseluruh Indonesia serta 13 titik di manca Negara. Sehingga FLP sangat berperan penting dalam karya untuk anak bangsa. Sampai-sampai Taufik Ismail mengatakan “ Forum Lingkar Pena adalah Anugrah Tuhan untuk Indonesia”.

Forum lingkar pena adalah organisasi inklusif keanggotaannya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang ras maupun Agama. Mayoritas anggota FLP memang muslim, namun tingkat pemahaman keislaman mereka tidak seragam. Bahkan ada juga yang non muslim yang bergabung miski demikian para anggota FLP memiliki niat yang sama: “membagi seberkas cahaya bagi para pembaca dan menganggap kegiatan menulis adalah bagian dari Ibadaah”

Banyak penulis muda dan calon penulis yang kemudian menjadi pengurus FLP di tingkat Propinsi pada masa awal. Sementara di Daerah-daerah yang belum ada kepengurusan FLP baik berbentuk cabang maupun kresponden, yang sekarang sudah banyak bermunculan dan didirikan.

Anggota FLP termuda saat ini berusia 7 tahun dan tertua 65 tahun, meski kebanyakan anggota FLP memang berusia sekitar 15-25 tahun tapi tidak menutup kemungkinan siapa saja boleh bergabung bersama forum lingkar pena.

Alhamdulillah, sampai saat ini flp pekanbaru selalu mendapat perhatian penuh dari semua kalangan mulai dari kalangan siswa, mahasiswa, guru, pengusaha, bahkan hingga ibu rumah tangga pun banyak yang bergabung bersama flp. Berakhirnya masa epengurusan saudari dian cita sari, yang tidak sedikit berkontribusi untuk kemajuan flp pekanbaru ini, maka dilakukan suksesi dengan satu niat agar flp ini tetap berperan untuk memajukan riau khususnya.
            Seiring untuk melanjutkan perjuangan atas nama FLP tersebut dibutuhkan, sosok-sosok yang tidak ingin melihat FLP ini lemah. Bukan individu-individu yang merasa hebat apalagi besar, tapi sosok yang dengan kelemahannya berusaha beramal dan berkontribusi di tengah kumpulan generasi robbani. Sebuah organisasi yang berjuang di jalan dakwah terlebih khusus dakwah di bidang tulis-menulis.
            Dengan miladnya FLP ini sekaligus membuka open recrutmen menjadi pencerahan dan perubahan kearah yang lebih baik dan maju, selamat kepada Forum Lingkar Pena, pengurus dan simpatisannya tetap banyakkan karya mu.

Setelah sukses rekrutmen anggota angkatan ke-6 lalu, FLP Pekanbaru kembali membuka kesempatan bagi calon-calon penulis baru untuk berkarya. Dari angkatan pertama hingga ke enam telah tersebar karya-karya para penulis muda hasil rekrutmen FLP Pekanbaru di seluruh nusantara. Berbagai prestasi - mulai dari kompetisi daerah hingga nasional - telah di raih dari penulis-penulis FLP. Termasuk diantaranya penulis FLP dari Pekanbaru.

Hadir dengan beridentitaskan keislaman - yang berakar pada sosio-budaya sebagai sumbangsih berarti bagi masyarakat - FLP Pekanbaru kembali membuka pendaftaran bagi calon-calon anggota. FLP sebagai komunitas menulis paling fenomenal dengan mengutamakan mutu dan produktitas untuk memberikan pencerahan melalui tulisan, membuka seluas-luasnya kesempatan kepada calon anggota untuk berkiprah di FLP.

Insya Allah peluang untuk menjadikan FLP lebih dirasakan lagi manfaatnya oleh masyarakat sangat tebuka luas. FLP membuka peluang untuk seluruh masyarakat termasuk juga masyarakat awam, sampai saat ini FLP membuka Open Rekrutmen FLP Cab. Pekanbaru. ***

Sarwan Kelana
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Ketua Bidang Kajian Karya FLP, Pekanbaru dan pendiri Komunitas Pena Kelana (KPK)


Senin, 21 November 2011

Kisah. Yg Telah Dibkukan


IBUKU ADALAH MOTIVATOR KU
Ibu sang motivator anak nya,
Oleh: Sarwan Kelana As-Samsi

            Ibuku adalah Motivatorku, itulah kalimat pertama yang dilafazkan seorang anak laki-laki yang siap menghadapi pahit getirnya samudra kehidupan. Laki-laki yang tengah berusaha mencari kehidupan lebih baik untuk memberi kebahagian kepada ibunda tercinta dengan berbekalkan sebuah kalimat  “Ibuku Adalah Motivatorku.”
“Mak, Iwan mohon Mamak memberi izin kepada Iwan dan juga Meridhoinya.” aku mengawali pembicaraan dengan ibu yang seringkali kupanggil Mamak.
Aku dibesarkan oleh  ibuku hingga aku dapat menyelesaikan Madrasah Aliyah Negri (MAN) dan  kami hanya tinggal berdua, semenjak Ayah meninggalkan kami untuk selamanya.
Saat itu aku baru duduk dibangku Sekolah Dasar kelas tiga. Semenjak itu Ibuku berjuang membesarkan aku sebagai anak laki-laki satu-satunya sendirian. Aku tahu ada banyak kesedihan dialami ibu yang selalu berharap agar anaknya ini tumbuh berguna bagi Agama, Bangsa serta Ummat. Harapannya kelak putra semata wayang ini akan menyempurnakan kebahagiaan hidupnya. Pahitnya hidup tak pernah ia tampakkan dengan air mata kecuali dengan senyum ikhlas pada kehendakNya.
            Terangkum indah dalam hatiku, sepekan sebelum ujian akhir sekolah aku sampaikan pada Mamak bahwa aku ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 
“Mak, kalau wan lulus nanti wan endak nyambung kuliah macam kawan-kawan tu, boleh mak? itupun kalau Mak mengizinkan dan meridhoinye” kataku dengan logat kampung
“Iwan! mak bangga dengo  keinginan dikau, tapi sekarang dikau belajo aje dengan baik kan belum tau lulus atau tidak.  Sekarang dikau belajolah bio lulus dan doakan bio mak dapat rezeki bio dikau dapat kuliah” kata Mamak penuh nasehat. Aku hanya tersenyum menatap wajahnya yang member motivasi.
“Eeep satu lagi dikau kuliah disini aje dengan mak, mak kan sendiri” tambah Mamak
Mamak ingin aku melanjutkan perguruan tinggi di kampung, karena memang sudah ada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di sana. Bukan aku tidak mau menuruti keinginan atau mendengar kata-kata Mamak, aku hanya tidak mau menyusahkan Mamak lagi. Aku bertekat untuk berkelana di tempat yang lebih jauh dari kampung halamanku. Aku ingin merasakan bagaimana kehidupan di luar sana, bagaimana aku bias mengerti arti sebuah kemandirian sehingga aku berani menyampaikan semua keinginanku itu pada ibu, Mamakku sayang .
“Iye mak, tapi wan sudah lamelah di kampung ni… rasenye endak merantaulah mencari pengalaman di tempat orang. Lagipun wan tak endaklah menyusahkan Mak terus, mulai dari kecik sampai dah tamat dari MAN ni. Mak terus yang bekerja, memasak bahkan  Mak juge yang mencuci baju wan. Makenye, sudah cukuplah wan menyusahkan Mak. Wan mau dan ingin mandiri Mak,,,itupun kalau Mamak ngasih…?” ucapku menjelaskan.
“Iwan…nampaknye dikau endak jauh dari mak ye..?” kata Mamak dengan nada yang membuat air mataku mengalir tanpa kuminta.
 “Bukan mak, wan tu sayang betol dengan Mak makenye wan tidak mau menyusahkan Mak terus. Semua ini wan lakukan untuk kebahagian kita Mak” harapku pada perempuan yang tangguh ini. Perempuan yang mengajari aku tentang banyak hal akan arti kehidupan yang sesungguhnya.
Iyelah, kalau itu yang dikau endak,  mak izinkan. Lagi pula dikau tak mau menyusahkan mak lagi dan dikau sudah beso pergilah dikau belajo dan cari pengalaman ditempat orang. Sekarang Mak do’akan semoga dikau lulus dan dapat nilai baik, setelah itu semangat terus untuk kuliah.” kata-kata Mamak meluncur seperti seorang Motivator Professional.
Ada keharuan menyeruak dalam hatiku, perempuan hebat ini memang sang motivator dalam hidupku. Mamak yang akan selalu mengerti apa yang terjadi pada anak laki-lakinya ini. Aku hanya bisa mengangguk tersenyum atas keridhoannya untuk mendukung keinginanku kuliah di luar kampung. Segera aku memeluk perempuan yang sangat aku cintai ini.
Waktu berjalan, tidak terasa aku siap-siap untuk melihat hasil Ujian Akhir Nasional. Aku pamit pada Mamak sebelum berangkat menuju sekolah untuk melihat nilaiku. Alhamdulilah,,, aku lulus. Segera aku pulang dan memberitahu Mamak bahwa aku lulus. Aku melihat kebahagiaan dan rasa bangga terlukis nyata diwajah Mamak ketika mengetahui bahwa anak laki-lakinya ini dinyatakan lulus.
            Sesuai dengan yang telah kusampaikan pada Mamak bahwa sepekan setelah kelulusan, aku akan berangkat melanjutkan ke perguruan tinggi di kota Pekanbaru. Aku tidak ingat entah hari apa dan tanggal berapa waktu itu, tapi yang jelas satu hari sebelum keberangkatanku tiba-tiba Mamak menghampiriku yang tengah bersiap diri.
“Nak, mak tadi dapat masukan dari saudara kita, katanya dikau tak usah kuliah jauh-jauh. Lagi pula uang tidak ada juga apalagi ke Pekanbaru.“ ucapnya berulang kali sambil menahan air matanya.
“Mak, wan harap kita jangan mudah terpengaruh dengan cakap-cakap orang lain yang kurang senang dengan kebahagian kita,” aku mencoba menjelaskan
 “Tapi yang dikatakan oleh mereka ini adalah kenyataan nak,” Mamak meninggikan nada suaranya. Aku terdiam.
Aku harus katakan semuanya pada Mamak dan memberikan semangat dan pengertian seperti yang selama ini Mamak berikan padaku.
“Mak, wan ingin kuliah di sana untuk kebahagian dan ketenangan kita. Apakah Mamak lebih mendengo kata-kata orang lain. yang  senang melihat keadaan kita sekarang ini, orang yang tak suka melihat kebahagian kita. Itulah godaan untuk kita Mak.” aku mencoba menyakinkan Mamak.
Aku melihat wajah Mamak perlahan tersenyum dan kembali memancarkan semangat seolah-olah memberi motivasi penuh kepadaku untuk terus maju.
“Nak, kalau begitu teruskan niat dan cita-citamu, Do’a Mak selalu menyertaimu“ kata Mamak menatapku dengan yakin.
Sejak saat itu Mamak selalu memberiku semangat dan Motivasi agar aku dapat mempertahankan semagat dan keinginanku untuk bisa kuliah dan hidup lebih baik.
“Wan, siapa saja kawan-kawan kamu yang melanjutkan ke perguruan tinggi?” Tanya Mamak tiba-tiba.
“Banyak Mak, Hasanal, Rudi, Ijal, Samsul, Mazwan, Egi, Tarmizi dan Azri.”  Itu teman-temanku yang sering ke rumah dan Mamak kenal  dengan mereka
“Jadi baguslah tu semoga kalian bertemu di sana” kata Mamak
Seperti biasa, setiap sore Kumar  sahabatku yang sering main dan tidur  di gubuk kami tiba-tiba berkata kepadaku.
“Wan, dikau  merantaulah di tempat orang, nanti aku nyusul,” ucapnya sambil membaca buku.
Aku hanya mengangguk yakin.
“Kamu belajar dengan baik, agar segera lulus dan kita dapat lakukan sesuatu di kampung ini, carilah wawasan di tempat orang” nasehatnya lagi. Aku tersenyum mengangguk.
“Mar nanti kalu wan sudah di Pekanbaru dikau sering main ke gubuk ini, lihat-lihat Mamak ya?” pintaku padanya.
 “Ya….InsyaAllah” jawabnya
           Pagi aku mempersiapkan segala keperluan dan juga pakaianku untuk berangkat sore  nanti. Mamak ikut sibuk membantu sambil memasak makanan kesukaanku yaitu gulai kacang dan tahu goreng yang akan menjadi bekal makanku di kapal. Selepas Sholat Asar, Kumar telah siap mengantarku ke pelabuhan.  
“Dikau dah siap Wan?”
“Iyelah masak seorang laki-laki tak siap” jawabku mantab.
“Kalau sudah siap mari aku antar  ke pelabuhan, tapi pamit dulu dengan mamak tu” katanya.
Aku melihat wajah Mamak dan segera kuhampiri. Matanya basah karena menahan sedih atas kepergianku anak satu-atunya. Aku peluk  Mamak erat-erat.
“Mak, wan pergi untuk menuntut ilmu dan tolong Do’akan wan selalu ya Mak” kataku menahan kesedihan yang tiba-tiba datang menghampiriku.
Mamak hanya mengangguk tak berkata apa-apa, hanya menahan derasnya air mata yang membasahai wajah cantiknya. Sekali lagi kupeluk perempuan luar biasa itu dan perlahan kulepas pelukannya. Kubisikkan padanya, “Mak Do’a dan Ridhomu yang akan membuat aku sukses melangkah dan membuat kita bahagia.”
Kembali Mamak tidak berkat apa-apa. Dia hanya diam kemudian berusaha tersenyum untuk menyimpan rasa kehialangan atas kepergianku menuntut ilmu. Aku beranjak meninggalkan rumah setelah berucap salam dan perlahan wajah surgawi yang senantiasa memancarkan cinta dan ketulusan itu menghilang dari pandangan mataku.
Sore itu dipertengahan tahun 2007 aku berlari menuju kapal Jelantik yang tengah bersiap berlayar menuju Pekanbaru. Menuju tempat yang akan bisa mewujudkan cita-citaku agar bisa membahagiakan Mamak, Sang Motivator hidupku untuk terus berani dan tegar hadapi segala warna kehidupan. Sore itu kutinggalkan Mamak seorang diri di gubuk penuh cinta milik kami, dan dalam hatiku tersemat janji bahwa aku akan kembali untuk kebahagiaan Mamak.
Ya Allah sungguh aku bersyukur kepadaMu, telah memberiku seorang ibu yang selalu mengingatkanku untuk mentaatiMu dan bersyukur kepada seluruh karunia dan nikmatMu. Semenjak kepergian ayah untuk selamanya, engkaulah sosok Ibuku yang tangguh sekaligus sosok ayahku yang perkasa. Mamak Sang Motivator adalah segalanya bagiku.
Kini, sudah tiga setengah tahun aku jauh darimu Mamak dengan niat untuk tidak mau menyusahkanmu dan berharap segera bisa membahagiakanmu. Alhamdulillah sampai sekarang anakmu tetap semangat Mak, karena engkaulah Sang Motivatorku. Mak, satu bukti dari banyak janji-janjiku padamu untuk membahagiakanmu diantaranya sedikit kisah yang kugoreskan di lembaran ini. Aku yakin siapapun membaca goresan hatiku ini, mereka akan tersenyum dan mereka akan menilainya Mak.
Mamak, aku tahu semua yang aku lakukan untukmu belum seberapa dibandingkan dengan apa yang telah engkau berikan padaku. Kehidupan, kasih sayang dan cinta, motivasi dan nasehat yang tak mungkin bisa aku membalasnya. Bahkan kau pertaruhkan nyawamu waktu melahirkan anak laki-lakimu ini. Disetiap ingatanku, aku berjanji akan selalu berusaha membahagiakanmu sampai ajal menjemputku.
“Ya Robb lindungilah, selamatkanlah, serta jauhkanlah Mamakku dari sagala bahaya dan kesedihan. Ya Allah aku memohon kepadaMu, jangan Engkau panggil hambaMu ini sebelum tercapai keinginanku untuk membahagiakan Mamak, perempuan motivatorku. Allah ampunilah segala dosa kesalahanku padanya dan juga dosa orang tuaku. Ya Allah, sungguh tidak ada kehidupanku di dunia ini tanpa seorang ibu seperti Mamak. Satukan kami kelak dalam surgaMu.”

Ruang Sang Kelana, 07 April 2011
Jam 00:04

Catatan:
Endak :  mau
Macam:  seperti
Dengo :  dengar
Dikau :  kamu
Belajo:  belajar
Aje:  aja
Bio:  biar
Iye:  iya
Lame:  lama
Rasenye:  rasanya
Tak endak:  tak mau
Juge:  juga
Makenye:  makanya
Betol:  benar
Beso,;  besar
Mendengo:  mendengar